Pembelajaran Jarak Jauh
Covid-19 telah mengubah semua sisi kehidupan manusia. Semenjak datangnya virus yang berasal dari Wuhan, Cina ini, praktis selurh kehidupan berubah. Hal yang tadinya normal berubah menjadi tidak normal. Ini juga terjadi dengan dunia pendidikan, baik di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai pada perkuliahan para mahasiswa.
Salah satu yang drastis berubah adalah kegiatan tatap muka. Pembelajaran tatap muka sangat dirasakan menjadi sesuatu yang sangat merindukan. Interaksi guru dengan siswa tidak lagi sepenuhnya denga model tatap muka. Interaksi tradisional namun menjadi hal pokok, karena di sana antara guru dengan siswa ada komunikasi dua arah yang original. Anatar hati dengan hati.
Namun model ini tersingkir meski tidak seratus persen. Model pembelajaran tatap muka langsung digantikan dengan model pembelajaran jarak jauh atau sering diistilahkan dalam jaringan (Daring). Pmbelajarn Jarak Jauh (PJJ) sangat beraneka macam. Ada yang menggunakan fasilitas video call (Vicon), whatsapp grup (WAG), google classroom, google meet, zoom, dan lain-lain.
Masing-masing model atau media pembelajaran ini akan efektif jika penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran tetap harus berorientasi pada siswa, karena siswalah yang akan dibawa kepada suasana pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi pembelajaran yang efektif dan terrencana.
Salah satu yang dapat ditempuh adalah model pembelajaran Blended Learning. Model ini merupakan perpaduan pembelajaran tatap muka dengan tugas mandiri yang disampaikan secara proporsional. Siswa tidak hanya diajak berkmunikasi secara daring atau memalui jaringan saja, melainkan dipadukan dengan tugas mandiri yang penyelesaiannya tidak harus menggunakan jaringan, misalnya dengan pengamatan langsung. Hasil dari pengamatan selanjutnya diserahkan siswa dalam bentuk pengumpulan tugas di kertas.
Akan tetapi dalam praktiknya tidak semua guru siap dengan cara pembelajaran seperti ini. Ketika keadaan normal, para guru masih nyaman dengan pembelajaran model tatap muka 100%. Kebanyakan guru merasa dibuay dalam kenyamanan. Guru seperti ini jika tidak bisa menyiasati keadaan dapat mengalami banyak kendala. Mereka harus menyiapkan pembelajaran yang lebih pas dengan menyesuaikan dengan teknologi. Guru sangat dituntut untuk pandai memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana menyampaikan materi pembelajaran.